Timang-Timang Anakku Sayang
Lagu daerah Jambi paling populer kelima ini merupakan lagu yang mengandung doa dan harapan seorang ayah kepada anak tercintanya. Timang-Timang Anakku Sayang sendiri diciptakan sebagai ungkapan rasa kasih sayang yang sangat tulus dari orang tua kepada anaknya. Suasana sendu yang disajikan dalam lagu ini bisa jadi akan membuat para pendengar merasa sedih karena teringat akan ayah dan ibunya.
Timang-timang anakku sayang buah hati ayah ‘nda seorang Jangan menangis dan jangan merajuk sayang tenanglah tenang di dalam buaian
Betapa hati tak ‘kan riang bila kau bergurau tertawa mogalah jauh dari marabahaya sayang riang gembira sepanjang masa
Setiap waktu ku berdoa pada Tuhan Maha Kuasa Jika kau sudah dewasa hidupmu bahagia sentosa
Timang-timang anakku sayang kasih hati permata ayah nda Tidurlah tidur pejamkan mata sayang esok hari bermain kembali
Bagi masyarakat Jambi, ada seorang tokoh yang terkenal dengan kesaktian dan keberaniannya. Sosok itu dikenal dengan nama Orang Kayo Hitam. Orang Kayo Hitam adalah seorang pendakwah agama Islam yang berhasil mengamalkan berbagai nilai keislaman untuk pengelolaan pemerintahan pada masa kerajaan.
Sampai sekarang, makam Orang Kayo Hitam diyakini sebagai tempat keramat bagi masyarakat Jambi. Sebagian besar masyarakat Jambi juga sering berkunjung ke makam Orang Kayo Hitam untuk mengirimkan doa. Biasanya, makam Orang Kayo Hitam yang terletak di Kecamatan Berbak, Kabupaten Tanjung Jabung Timur, Provinsi Jambi ini akan sangat ramai didatangi pengunjung pada saat memasuki hari-hari besar Islam.
Dalam sebuah penelitian yang dilakukan oleh Alirmansyah dan kawan-kawannya pada tahun 2020 dengan judul Analisis Nilai Moral yang terdapat pada Lagu Daerah Jambi Orang Kayo Hitam, ada banyak nilai moral dibalik lirik lagu Orang Kayo Hitam.
Lagu ini ingin mengingatkan terkait pentingnya seorang manusia untuk selalu mengingat Tuhannya dalam situasi atau kondisi apapun. Selain itu, lagu ini juga menyimpan nasihat untuk selalu menjaga kerukunan dan menyayangi antar sesama.
Lirik Lagu Orang Kayo Hitam
Orang kayo hitam, gagah perkaso Namonyo agung di mano-mano Sampai Mataram orang kenali Pusako bundo di Batanghari
Ayah bernamo Datuk Berhalo Turunan suci asal bagindo Putri Pinang Masak namo ibunyo Dari Pagaruyung negeri asalnyo
Orang Kayo Hitam agung di mano-mano Keris siginjai senjato yang utamo
Rangkaio Pingai dulur yang tuo Yang bijaksano mimpin negeri Kedataran lamo dulur yang mudo Gunung balangsebo diuji kenari
Mayang mengurai istri setio Anak Tumenggung Merah Melato Meriam sijimat penjelmaannyo Egung sitimang pulo ibunyo
Orang Kayo Hitam agung di mano-mano Keris siginjai senjato yang utamo
Pinang Muda adalah lagu daerah Jambi ketujuh yang paling populer. Lagu ini merupakan sebuah lagu yang menceritakan tentang kisah dua anak kembar yang diibaratkan sebuah pinang dibelah dua.
Lirik Lagu Pinang Muda
Pinang muda pinang muda dibelah dua Gunung kerinci gunungnya tinggi menjulang Wahai anak muda kalau berjalan harus berdua Senanglah hati walau tiada orang yang larang
Udang sama udang ada udang d ipinggir kali Gadis sama bujang orang tua tak ambik peduli
Burung pipit burung pipit mati tergantung Jatuh kebawah jatuhnya menimpa karang Si nona cantik aduh mama jangan seorang Orangnya cantik aduh nona rambutnya panjang
Udang sama udang ada udang dibalik batu Gadis sama lajang orang tua tak boleh tahu
Sana gunung sana gunung disini gunung Tengah tengah tengah tengah kembang melati Wahai gadis kampung memang cantik pakai kudung Ingin ku menyunting kan kubawa sampai mati
Hitam hitam hitam hitam hitam si buah manggis Biar dia hitam tapi aku pandang manis
Ayam hitam ayam hitam bertali putih Terbang tinggi terbang tinggi diatas perigi Orangnya hitam aduh mama giginya putih Kalau tertawa sungguh cantik manis sekali
Udang sama udang ada udang dibalik batu Gadis sama lajang orang tua tak boleh tahu
Lagu daerah Jambi urutan kedelapan adalah Lagu Putri Muaro Jambi. Sesuai dengan namanya, lagu ini berasal dari Kabupaten Muaro Jambi yang diciptakan oleh Heri Yusdi. Lagu ini sendiri mengangkat sebuah kisah perjalanan seorang putri dari Muaro Jambi.
Lirik Lagu Putri Muaro Jambi
Bermulo di rawa golak hanyut perahu ke Batanghari Tanggo batu ado di Jambi adonyo di Muaro Jambi
Tanah cinto kepado putri iko lagu sejarah Muaro Jambi
Marilah kito ke Muaro Jambi menenggok orang menuai padi Sakitlah badan dak teraso lagi gara-gara bejalan kaki
Bujang gadis menyagil kami tuo mudo senang bernyanyi Lagu kami daerah Jambi aslinyo dari Muaro Jambi
Timang-Timang Anakku Sayang
Lagu daerah Jambi paling populer kelima ini merupakan lagu yang mengandung doa dan harapan seorang ayah kepada anak tercintanya. Timang-Timang Anakku Sayang sendiri diciptakan sebagai ungkapan rasa kasih sayang yang sangat tulus dari orang tua kepada anaknya. Suasana sendu yang disajikan dalam lagu ini bisa jadi akan membuat para pendengar merasa sedih karena teringat akan ayah dan ibunya.
Timang-timang anakku sayang buah hati ayah ‘nda seorang Jangan menangis dan jangan merajuk sayang tenanglah tenang di dalam buaian
Betapa hati tak ‘kan riang bila kau bergurau tertawa mogalah jauh dari marabahaya sayang riang gembira sepanjang masa
Setiap waktu ku berdoa pada Tuhan Maha Kuasa Jika kau sudah dewasa hidupmu bahagia sentosa
Timang-timang anakku sayang kasih hati permata ayah nda Tidurlah tidur pejamkan mata sayang esok hari bermain kembali
Bagi masyarakat Jambi, ada seorang tokoh yang terkenal dengan kesaktian dan keberaniannya. Sosok itu dikenal dengan nama Orang Kayo Hitam. Orang Kayo Hitam adalah seorang pendakwah agama Islam yang berhasil mengamalkan berbagai nilai keislaman untuk pengelolaan pemerintahan pada masa kerajaan.
Sampai sekarang, makam Orang Kayo Hitam diyakini sebagai tempat keramat bagi masyarakat Jambi. Sebagian besar masyarakat Jambi juga sering berkunjung ke makam Orang Kayo Hitam untuk mengirimkan doa. Biasanya, makam Orang Kayo Hitam yang terletak di Kecamatan Berbak, Kabupaten Tanjung Jabung Timur, Provinsi Jambi ini akan sangat ramai didatangi pengunjung pada saat memasuki hari-hari besar Islam.
Dalam sebuah penelitian yang dilakukan oleh Alirmansyah dan kawan-kawannya pada tahun 2020 dengan judul Analisis Nilai Moral yang terdapat pada Lagu Daerah Jambi Orang Kayo Hitam, ada banyak nilai moral dibalik lirik lagu Orang Kayo Hitam.
Lagu ini ingin mengingatkan terkait pentingnya seorang manusia untuk selalu mengingat Tuhannya dalam situasi atau kondisi apapun. Selain itu, lagu ini juga menyimpan nasihat untuk selalu menjaga kerukunan dan menyayangi antar sesama.
Lirik Lagu Orang Kayo Hitam
Orang kayo hitam, gagah perkaso Namonyo agung di mano-mano Sampai Mataram orang kenali Pusako bundo di Batanghari
Ayah bernamo Datuk Berhalo Turunan suci asal bagindo Putri Pinang Masak namo ibunyo Dari Pagaruyung negeri asalnyo
Orang Kayo Hitam agung di mano-mano Keris siginjai senjato yang utamo
Rangkaio Pingai dulur yang tuo Yang bijaksano mimpin negeri Kedataran lamo dulur yang mudo Gunung balangsebo diuji kenari
Mayang mengurai istri setio Anak Tumenggung Merah Melato Meriam sijimat penjelmaannyo Egung sitimang pulo ibunyo
Orang Kayo Hitam agung di mano-mano Keris siginjai senjato yang utamo
Pinang Muda adalah lagu daerah Jambi ketujuh yang paling populer. Lagu ini merupakan sebuah lagu yang menceritakan tentang kisah dua anak kembar yang diibaratkan sebuah pinang dibelah dua.
Lirik Lagu Pinang Muda
Pinang muda pinang muda dibelah dua Gunung kerinci gunungnya tinggi menjulang Wahai anak muda kalau berjalan harus berdua Senanglah hati walau tiada orang yang larang
Udang sama udang ada udang d ipinggir kali Gadis sama bujang orang tua tak ambik peduli
Burung pipit burung pipit mati tergantung Jatuh kebawah jatuhnya menimpa karang Si nona cantik aduh mama jangan seorang Orangnya cantik aduh nona rambutnya panjang
Udang sama udang ada udang dibalik batu Gadis sama lajang orang tua tak boleh tahu
Sana gunung sana gunung disini gunung Tengah tengah tengah tengah kembang melati Wahai gadis kampung memang cantik pakai kudung Ingin ku menyunting kan kubawa sampai mati
Hitam hitam hitam hitam hitam si buah manggis Biar dia hitam tapi aku pandang manis
Ayam hitam ayam hitam bertali putih Terbang tinggi terbang tinggi diatas perigi Orangnya hitam aduh mama giginya putih Kalau tertawa sungguh cantik manis sekali
Udang sama udang ada udang dibalik batu Gadis sama lajang orang tua tak boleh tahu
Lagu daerah Jambi urutan kedelapan adalah Lagu Putri Muaro Jambi. Sesuai dengan namanya, lagu ini berasal dari Kabupaten Muaro Jambi yang diciptakan oleh Heri Yusdi. Lagu ini sendiri mengangkat sebuah kisah perjalanan seorang putri dari Muaro Jambi.
Lirik Lagu Putri Muaro Jambi
Bermulo di rawa golak hanyut perahu ke Batanghari Tanggo batu ado di Jambi adonyo di Muaro Jambi
Tanah cinto kepado putri iko lagu sejarah Muaro Jambi
Marilah kito ke Muaro Jambi menenggok orang menuai padi Sakitlah badan dak teraso lagi gara-gara bejalan kaki
Bujang gadis menyagil kami tuo mudo senang bernyanyi Lagu kami daerah Jambi aslinyo dari Muaro Jambi
Zaman Kemerdekaan Indonesia
Kekalahan Jepang tidak segera diketahui umum berkat sensor yang ketat, namun para pemuda mengetahuinya. Menurut Proklamasi 17 Agustus 1945 tersebut, daerah Jambi termasuk dalam wilayah Republik Indonesia. Adapun berita Proklamasi Kemerdekaan Indonesia diterima di daerah Jambi pada tanggal 18 Agustus 1945. Karena pada tanggal 18 Agustus 1945, dr. A.K. Gani dari Palembang melalui telepon menyampaikan berita Proklamasi dan bahwa Indonesia telah merdeka. Berita Proklamasi Kemerdekaan melalui telepon ini diterima oleh R. Sudarsono, pimpinan buruh di Pertambangan Minyak Jambi.[ai][26](hlm.258)[21](hlm.45)
Kemudian berita Proklamasi Kemerdekaan ini disebarluaskan ke seluruh pelosok daerah Jambi, dan hanya dalam be- berapa hari setelah Proklamasi 17 Agustus 1945 dilakukan, maka rakyat di daerah Sarolangun, Bangko, Bungo, Tebo, Batanghari, Tungkal dan Kerinci sudah mengetahui bahwa Indonesia telah merdeka.[aj][21](hlm.45-46)
Tersiarnya berita kemerdekaan Indonesia disambut dengan tempik sorak dan kegembiraan oleh rakyat di daerah Jambi yang selama masa penjajahan diliputi oleh peristiwa-peristiwa yang menyedihkan, kehidupan yang melarat dan penindasan. Selanjutnya dengan adanya penerangan-penerangan dari pemuka- pemuka rakyat mengenai kewajiban untuk memelihara dan mempertahankan kemerdekaan itu, maka secara spontan alim-ulama, golongan adat, pemuda, cerdik pandai, bersatu dalam satu barisan rakyat yang siap terjun ke dalam perjuangan kemerdekaan.[25](hlm.3)[21](hlm.46)
Setelah berita Proklamasi Kemedekaan Indonesia didengar oleh rakyat di daerah Jambi, maka Sang Merah Putih mulai dikibarkan walaupun mendapat sanggahan keras dari pihak Pemerintah Jepang.[21](hlm.46)
Pada tanggal 22 Agustus 1945, walaupun ada larangan dan penjagaan tentara Jepang, para pemuda antara lain R. Husin Akip dan Amin Aini berhasil mengibarkan Sang Merah Putih di puncak menara air Jambi.[ak][21](hlm.46)
Tiga hari kemudian, di muka Kantor Polisi Jambi, dilakukan pengibaran Sang Merah Putih dengan upacara yang sangat sederhana. Pengibaran Sang Merah Putih ini dilaksanakan oleh 4 orang wanita yaitu Zuraida, Nurmaina, Serik dan Nursiah.[al][21](hlm.46)
Selanjutnya, yakni pada waktu sesudah diterima telegram dari Medan bahwa dr. Sagaf Yahya diangkat menjadi Residen Daerah Jambi, maka Sang Merah Putih dikibarkan di mana-mana pada kantor-kantor pemerintah dalam daerah Keresidenan Jambi.[26](hlm.256)[21](hlm.46)
Sebelum dan sesudah Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945, daerah Jambi secara struktural merupakan daerah keresidenan, bagian dari Provinsi Sumatra. Kemudian tatkala Sumatra terbagi atas tiga provinsi yaitu Provinsi Sumatra Utara, Provinsi Sumatra Tengah dan Provinsi Sumatra Selatan, maka Keresidenan Jambi yang terdiri atas Kabupaten Merangin, Kabupaten Batanghari, dan Kotapraja Jambi masuk ke dalam propinsi Sumatra Tengah. Akan tetapi dengan adanya Undang-undang No. 61 Tahun 1958, maka Propinsi Sumatra Tengah menjelma menjadi tiga propinsi yakni: Provinsi Sumatra Barat, Provinsi Riau dan Provinsi Jambi.[am] Tepatnya sejak tanggal 6 Januari 1957, daerah Jambi menjadi Daerah Tingkat I yang terdiri atas satu Kotamadya dan lima Kabupaten yaitu:[21](hlm.1)
Luas daerah Propinsi Jambi tersebut di atas diperkirakan 53.244 kilometer persegi[27], dengan jumlah penduduk 1.245.941 jiwa, terletak antara 0°45'-2°45' Lintang Selatan dan 101°10′-104°55′ Bujur Timur[27], dengan batas-batas sebagai berikut:[21](hlm.1-2)
Pada tanggal 28 Desember 1945 datang tiga buah kapal perang Inggris ke daerah Jambi. Pada jam 14.00 siang ketiga kapal perang itu yakni no. 237 V, 239 V dan 258 V merapat di pelabuhan Jambi. Komandan TKR Jambi Letnan I M Taher, melaporkan kepada Komandan Markas Besar TKR Jambi, Kolonel Abunjani, bahwa kapal perang Inggris itu mengangkut tentara Inggris juga mengangkut tentara Belanda.[ao][28](hlm.416-417)[21](hlm.67)
Kedatangan tentara Sekutu ini, sebagaimana di utarakan oleh komandannya kepada Residen Jambi R. Inu Kertapati dimaksudkan untuk memeriksa tentara Jepang dan meninjau jenazah-jenazah tentara Belanda yang dikuburkan di Muara Tebo. Residen Jambi R. Inu Kertapati dan Komandan TKR, Kolonel Abunjani tidak memperbolehkan tentara Sekutu yang terdiri dari pasukan-pasukan Inggris dan Belanda ini mendarat di kota Jambi. Bahkan Kolonel Abunjani memerintahkan agar kapal perang tersebut untuk segera meninggalkan Jambi dalam waktu 24 jam. Untuk menghindari insiden-insiden yang mungkin terjadi dengan tentara Sekutu ini, oleh Residen Jambi dengan dibantu Komandan TKR Jambi Letnan I' M. Taher, Demang Taha dan Ismail Lazim diadakanlah perundingan segitiga antara pimpinan daerah Jambi, Kenpeitai dari pihak tentara Jepang dan Komandan tentara Sekutu. Di dalam perundingan, setelah komandan tentara Sekutu menerima penjelasan-penjelasan mengenai situasi pada ketika itu baik dari pimpinan daerah maupun dari pihak Jepang, akhirnya komandan tentara Sekutu dapat menerima dan menyetujui untuk meninggalkan daerah Jambi. Pada tanggal 29 Desember 1945 jam 14.00 kapal-kapal perang Sekutu tersebut berangkat meninggalkan Jambi.[28](hlm.416-417)[21](hlm.67-68)
Adapun tentara Jepang meninggalkan daerah Jambi pada tanggal 2 Juli 1946. Oleh karena itu, adalah aneh bahwa setelah Jambi ditinggalkan oleh tentara Jepang, Sekutu mengirimkan kembali sebatalyon kecil pasukannya yang terdiri lebih kurang 400 orang tentara ke Jambi. Terhadap pasukan Sekutu ini dapat dipelihara hubungan baik, sehingga tidak terjadi insiden dengan masyarakat maupun dengan TKR, sampai akhirnya mereka kembali ke induk pasukannya.[29](hlm.258)[21](hlm.68)
Dari uraian terdahulu, tampak dengan jelas bahwa kedatangan tentara Sekutu dan tentara Nica ke daerah Jambi, tidak membawa akibat timbulnya insiden ataupun kontak bersenjata baik dengan masyarakat maupun dengan pihak tentara kita. Karena tentara Sekutu yang bercampur dengan tentara Belanda itu tidak sempat mendarat di Jambi.[21](hlm.68)
Walaupun demikian, oleh karena tentara Jepang masih tetap berada di daerah Jambi tanpa dilucuti oleh Sekutu, insiden-insiden dengan Jepang seringkali tak dapat dihindari. Pada tanggal 15 Januari 1946 yaitu setengah bulan setelah pasukan Sekutu tidak jadi mendarat di kota Jambi, tentara Jepang mengadakan aksi terhadap TKR dan pemerintah Keresidenan Jambi dengan melakukan penangkapan-penangkapan. Pada waktu ini oleh tentara Jepang ditangkap dr. Sagaf Yahya, dr. Purwadi, R. Abdullah Kartawirana, Marzuki, Buyung Malik, Yuslim, Yusuf Deding dan Nursaga. Dengan adanya penangkapan ini, kemudian Kolonel Hasan Kasim, Komandan Divisi II TKR datang dari Palembang ke Jambi, dan mengadakan perundingan dengan Kenpeitai Jepang, agar melepaskan tokoh-tokoh yang ditangkap. Perundingan mana berhasil dengan keluarnya mereka dari tahanan Jepang.[28](hlm.416-417)[21](hlm.68-69)
Peristiwa penangkapan tersebut merupakan awal dari berbagai insiden berikutnya dengan pihak Jepang. Insiden berikutnya terjadi karena para pemuda menginginkan agar Jepang segera meninggalkan daerah Jambi, dan sebagai akibat hilangnya senjata tentara Jepang.[21](hlm.69)
Pada masa aksi Militer Belanda Pertama di daerah Jambi boleh dikatakan tidak terjadi kontak bersenjata secara frontal dengan pihak Belanda. Insiden bersenjata pada masa Aksi Militer Belanda Pertama ini sering terjadi di daerah Banyunglencir yaitu perbatasan daerah Jambi dan Palembang serta di daerah pantai yaitu di Kabupaten Tanjung Jabung.[21](hlm.72)
Di Banyunglencir terjadi beberapa kali insiden bersenjata, demikian pula di daerah pantai. Salah satu insiden ber- senjata yang agak menonjol pada masa aksi militer pertama ialah pertempuran laut antara Kapal Motor NURI I dibawah pimpinan Letnan II Laut Sanusi dengan kapal Patroli Belanda. Pertempuran yang tak seimbang ini berakhir dengan rusaknya kapal NURI I dan ditawannya Letnan II Laut Sanusi oleh Belanda.[ap][21](hlm.72-73)
Keadaan ekonomi di daerah Jambi, sesuai dengan situasi revolusi, tidaklah menguntungkan. blokade yang dilakukan oleh kapal-kapal patroli Belanda di daerah pantai menyukarkan para pedagang Jambi menjual hasil karetnya ke Singapura, yang mengakibatkan perekonomian rakyat menjadi merosot. Politik keuangan pemerintah kacau balau, di samping uang Republik Indonesia, juga pemerintah daerah mengeluarkan uang daerah. Percetakan Soei Liong dibeli dan dijadikan percetakan negara. Kepala Jawatan Penerangan daerah Jambi M.L. Tobing diberi tugas untuk menjalankan dan mengawasi percetakan uang daerah. Uang daerah yang pertama, bernama Kupon penukaran terdiri dari harga 1 rupiah dan 2½ rupiah. Kertasnya dipilih yang tebal dan kuat.[30][26](hlm.271-272) [21](hlm.73)
Dalam bulan Desember 1947 bentuk kupon di atas diperbagus lagi dengan diberi warna dan pinggir berbunga. Kemudian ditambah pula pengeluaran kupon yang berharga Rp. 5, dan Rp. 10,-.[21](hlm.74)
Aktifitas masyarakat dalam bidang seni budaya pada masa Aksi Militer Belanda Pertama, tidak banyak dilakukan. Walaupun daerah Jambi pada masa ini tidak secara frontal berhadapan dengan Belanda namun kesulitan yang dihadapi rakyat dalam bidang perekonomian, dan suasana perang yang mencekam, tidaklah memungkinkan rakyat daerah Jambi untuk mengembangkan aktifitas dan kreativitas seni budaya. Adapun di bidang pendidikan, dengan adanya tindakan pemerintah untuk melancarkan jalan pendidikan dengan menyamakan bentuk dan corak sekolah-sekolah rendah, dan dengan adanya likuidasi terhadap semua sekolah ciptaan Belanda, maka terbukalah kesempatan yang luas bagi rakyat untuk memasuki sekolah.[30](hlm.784)[21](hlm.74)
Di bidang komunikasi Pers, boleh dikatakan daerah Jambi agak terbelakang pada masa ini. Penerbitan pers yang diselenggarakan hanyalah berita penerangan oleh Jawatan Penerangan Jambi. Walaupun begitu surat kabar dari daerah lain ada yang masuk dan beredar di daerah Jambi. Di antara surat kabar surat kabar itu ialah, Harian Banteng dan Suara Padang. Kedua surat kabar ini diterbitkan oleh Divisi IV Banteng bagian penerangan, yang memuat berita perjuangan Republik Indonesia.[30](hlm.843)[21](hlm.74)
Adapun dalam bidang pemerintahan pada masa Aksi Militer Belanda Pertama di daerah Jambi tidak banyak menjalani perubahan. Bentuk pemerintahan Keresidenan dengan segala aparatnya tetap berjalan seperti biasa. Komite Nasional Indonesia daerah Jambi adalah pula Badan Perlengkapan pemerintah ketika itu, dan tetap berfungsi sebagaimana bia- sanya. Di samping itu sebagaimana juga telah diuraikan pada bagian terdahulu maka di daerah Jambi, terbentuk pula Dewan Pertahanan Daerah Jambi, yang dipimpin oleh Residen.[21](hlm.74-75)
Perubahan yang ada artinya baru terjadi menjelang timbulnya Agresi Militer Belanda Kedua, Pada tahun 1948 karena keadaan bertambah genting, maka seluruh daerah Jambi dijadikan daerah militer. Sebagai komandan daerah Militer, dan wakil Komandan, Sudarsono dengan pangkat Letnan Kolonel.[30](hlm.271)[21](hlm.75)
Pada masa Aksi Militer Belanda II daerah Jambi mengalami secara frontal serangan militer Belanda. Ketika ini terjadilah kontak bersenjata secara frontal dengan pihak Belanda, hampir di seluruh daerah Jambi.[21](hlm.75)
Pada tanggal 28 Desember 1948, kota Jambi diserang dari udara dan dihujani dengan peluru oleh 14 pesawat terbang Belanda selama 24 jam. Kota Jambi dibumihanguskan, dan Belanda menerjunkan tentaranya di sekitar daerah tanah minyak, dan di pinggir-pinggir kota. Tentara kita melakukan perlawanan sengit, Kapten TNI Bakar tewas dalam serangan ini. Residen dengan stafnya dan Dewan Pemerintahan Daerah, menyingkir keluar kota, dengan menggunakan motorboot R.I. 120, bertolak ke Sengeti dan dari sini ke dusun Rantau Majo. Di dusun Rantau Majo inilah mereka memimpin pemerintahan dan perjuangan.[30](hlm.273)[21](hlm.75)
Tanggal 29 Desember 1948 tentara payung Belanda menyerbu Bajubang, Tempino, Kenali Asam, dan tempat-tempat di sektiar tanah minyak. Perlawanan dilakukan oleh TNI dan Barisan Buruh, dari pertempuran yang berlangsung gugur 15 orang TNI, 40 Buruh, Kepala Rumah Sakit Tanah Minyak, dan 3 orang India ditembak mati oleh pihak Belanda. Di Tempino, pasukan TNI di bawah pimpinan Letnan Simatupang mengadakan perlawanan sengit bersama-sama Barisan Buruh. Akhirnya karena terkepung, Letnan Simatupang gugur. Perjuangan di Tempino ini membawa korban: 20 orang TNI gugur, buruh tewas 30 orang Polisi 5 orang, dan Ketua Perwari Tempino ibu Mahmud beserta 2 orang anaknya yang masih berumur 3 tahun dan 4 tahun. Di Kenali Asam, dalam penyerangan tentara payung Belanda, Sudarsono, Kepala Tambang Minyak dan juga Wakil Komandan Daerah Militer, bersama dengan staf Batalyon minyak, terdiri dari Kapten Rivai, Kapten Marzuki, dan Kapten Sujono, memimpin pembakaran sumur minyak. Tiga puluh sumur minyak terbakar hingga tiga bulan, dalam peristiwa penyerangan di Kenali Asam ini, Kapten Marzuki tewas terkena serangan udara, dan juga akhirnya Kapten Sujono gugur di km 8 dalam suatu pertempuran. Sedangkan Sudarsono tertangkap dan tertawan pada tanggal 1 Januari 1949.[30](hlm.274)[21](hlm.76)
Di lain waktu, Residen R. Inu Kertapati beserta stafnya dan Dewan Pemerintahan Daerah yang menyingkir dan berada di dusun Rantau Majo, Sengeti mengadakan rapat dan musyawarah.[21](hlm.76)
Selesai rapat atau musyawarah tersebut, maka Bupati Jambi Ilir, M. Kamil beserta Noeskam dan Syarnubi dengan beberapa orang temannya bersiap untuk meneruskan perjalanan menuju Muara Tebo. Sedangkan Residen R. Inu Kertapati beserta beberapa orang pengikutnya dengan mempergunakan perahu kembali ke kota Jambi.[21](hlm.77-78)
Di Muara Tebo, setelah Bupati Kamil tiba, pada bulan Januari 1949 itu juga diadakanlah rapat kilat untuk mengatur pemerintahan. Pemerintahan daerah harus diatur, dengan sebaik-baiknya agar apabila ada yang tertangkap maka yang lain bisa meneruskan kewajibannya. Dalam rapat kilat yang dihadiri antara lain oleh Bahsan Abunjani, Ahmad Bastari, A. Syarnubi, M. Kamil, Hasyimi, Noeskam dan lain-lain, diputuskan pengangkatan Bahsan sebagai Residen R.I. daerah Jambi menggantikan Residen R. Inu Kertapati.[21](hlm.78)
Setelah kota Jambi diduduki Belanda, maka pada tanggal 20 Januari 1949, kota Kuala Tungkal mendapat giliran diduduki Belanda, melalui suatu pertempuran yang sengit.[aq][21](hlm.79)
Salah satu perjuangan rakyat Jambi melawan Belanda yang terhebat di daerah Jambi adalah perjuangan rakyat Kuala Tungkal. Ketika terjadi Agresi Militer II, terjadilah perlawanan dari 3.000 anggota Selempang Merah, dan satu batalyon Tentara Nasional Indonesia. Organisasi rakyat yang bernama Selempang Merah ini diketuai oleh H. Saman, sedangkan Komandan Batalyon adalah Kapten Rivai. Front yang terbesar di Kuala Tungkal, yaitu Tungkal Ilir, Pertempuran yang terjadi di Tungkal Ilir, dipimpin oleh Letnan Abdul Fatah. Dalam pertempuran ini, telah gugur 300 orang Selempang Merah, dan di pihak Belanda tewas 40 orang tentara.[30](hlm.277)[21](hlm.79)
Sejak kota Jambi diduduki oleh Belanda, maka kota Bangko mulai dibanjiri TNI yang mengundurkan diri dari Jambi. Kemudian Bangko dijadikan tempat kedudukan komandan STD Abunjani beserta stafnya dari sini dibentuklah Komando Pertempuran untuk daerah Muara Bungo dan Muara Tebo. Pada tanggal 8 Pebruari 1949 Jam 15.00 kota Bangko mendapat serangan udara dari tentara Belanda lebih kurang 1½ jam, secara membabi buta. Akibat serangan Belanda ini sekolah-sekolah, kantor, rumah sakit, dan kendaraan yang ada di Bangko hancur tak dapat dipergunakan. Setelah terjadi penyerangan atas kota Bangko, maka komandan STD Letnan Kolonel Abunjani beserta stafnya memindahkan markasnya ke Muara Siau, kurang lebih 30 km dari Bangko. Sedangkan Wedana A. Laman kepala pemerintahan Bangko pindah ke Muara Bungo. Pada tanggal 2 Maret 1949 terjadilah pertempuran yang hebat antara TNI dengan tentara Belanda di sekitar Pauh, Mandiangin, Durian Luncuk dan Sarolangun. Tentara kita dipimpin langsung oleh Komandan STD Letnan Kolonel Abunjani, dan tentara Belanda dipimpin oleh Mayor Selamet. Pertempuran yang sengit juga terjadi di Pamenang, Sungai Ulak, dan Dusun Baru, hingga sampai di Sekancing.[30](hlm.279-280)
Selanjutnya pada bulan Maret 1949 utusan dari Pemerintah Darurat Republik Indonesia tiba di Muara Tebo. Mereka terdiri dari Lukman Hakim, Ir. Indera Cahaya, Karim, dan lain-lain, menganjurkan supaya Residen beserta stafnya pindah ke Muara Bungo, yang akhirnya diterima Residen, maka di Muara Bungo dibentuklah staf yang kuat untuk menghadapi segala kemungkinan. Di Muara Bungo inilah sejak April 1949 diselenggarakan pencetakan Uang Republik Indonesia Propinsi Sumatera (URIPS) atas permintaan Menteri Keuangan PDRI Mr. Lukman Hakim. Pada waktu Muara Bungo diduduki Belanda, tanggal 25 Mei 1949 maka pencetakan URIPS ini dipindahkan ke Tanah Tumbuh, dan kemudian dipindahkan pula ke Tanjung Belit, Rantau Ikil.[30](hlm.278)[21](hlm.79-80)
Dalam masa Aksi Militer Belanda II, daerah Kerinci diserang oleh Belanda dari Padang, setelah pada awal April 1949 tentara Belanda berhasil menduduki daerah Pesisir Selatan. Pertahanan tentara dan rakyat di Barung Talang dibawah pimpinan Letnan Bakhtaruddin, lebih kurang 30 Km dari Sungai Penuh, mendapat serangan dan gempuran hebat dari tentara Belanda. Berkali-kali Belanda menyerang Barung Talang, dan pada tanggal 24 April 1949 setelah serangan dari darat dan udara, Barung Talang dapat dikuasai oleh tentara Belanda. Setelah Barung Talang, berturut-turut Tentara Belanda memasuki Koto Leman, Jembatan Satu, dan Kota Sungai Penuh. Sebelum tentara Belanda masuk Sungai Penuh, rakyat telah mengungsi ke luar kota, dan membumihanguskan kota Sungai Penuh.[25](hlm.16-17)
Tembusannya pertahanan Barung Talang, mengakibatkan tentara dan laskar rakyat pindah ke luar kota, dan kemudian dibawah pimpinan Muradi dan Alamsyah melakukan perang gerilya terhadap tentara Belanda. Sedangkan Pusat pemerintahan dipindahkan dari Sungai Penuh ke Lempur.[21](hlm.80)
Pada masa aksi militer Belanda kedua ini, hampir di seluruh wilayah Kerinci terjadi pertempuran atau perang gerilya. Pada tanggal 27 April 1949, patroli Belanda menuju ke Kumun, tanpa mengalami perlawanan, dan terus menuju ke Debai. Pasukan kita di Kumun dipimpin Sersan Mayor Lelo mundur ke Pulau Tengah. Sewaktu patroli Belanda menuju Debai, di tengah jalan dicegat oleh 5 orang rakyat dengan bersenjata pedang menghadang Belanda. Kelima orang ini gugur ditembak tentara Belanda. Di Debai pasukan Belanda dicegat oleh Pasukan Syahid yang berasal dari murid Syekh Muktar Ambai. Pasukan ini bersenjatakan pedang dan pisau, menghadang Belanda dengan tiba-tiba dan terjadilah perang antara pasukan rakyat dengan pasukan Belanda. Barisan Syahid ini berjibaku melakukan perang sabil dengan Belanda. Di dalam pertempuran ini tentara Belanda mengalami 1 orang tewas dan di pihak kita 5 orang korban kena tembakan gencar tentara Belanda. Karena Belanda menduga bahwa Debai adalah sarang gerilya/basis gerilyawan dan merasa marah karena salah seorang pasukannya tewas, maka pada tanggal 30 April 1949, dusun Debai dibakar habis oleh Belanda. Di samping itu Debai merupakan tempat yang strategis karena terletak di tengah-tengah daerah antara arah jalan ke Lempur dan Sangkaran Agung. Belanda ingin menghancurkan dan mengadakan patroli ke Pulau Tengah dan Sangkaran Agung. Agar patroli ini jangan mendapat gangguan dari gerilyawan kita itulah sebabnya Debai dibakar habis oleh Belanda, agar jangan menjadi sarang gerilya.[25](hlm.20)[21](hlm.80-81)
Pulau Tengah waktu itu menjadi pusat pertahanan Sektor Kerinci Hilir. Barisan gerilya dan tentara kita memusatkan kekuatan di Pulau Tengah dipimpin oleh Letnan Nasar dan Serma Lolo. Pada tanggal 4 Mei 1949 Belanda mengetahui bahwa Pulau Tengah adalah pusat gerilyawan Kerinci. Pada hari itu dikirim pasukan patroli ke sana. Pasukan kita mengetahui kedatangan pasukan Belanda ini, dengan siasat mundur tentara kita menuju ke Telaga/Pintu Kotak, Pulau Tengah. Tanggal 13 Mei 1949 gerilyawan-gerilyawan dari Lolo, Lempur, Semerap dan Pulau Tengah, serentak menyerang pos Belanda di Pulau Tengah. Setelah pertempuran berlangsung dua jam, pasukan kita mengundurkan diri karena kehabisan peluru.[25](hlm.20)[21](hlm.81)
Tanggal 28 Mei 1949 pos Belanda di Semerap diserang oleh gerilya dibawah pimpinan Mansyur Gazali. Empat orang gerilyawan gugur yaitu T. Yakin, Udin, Ismael, dan Mat, serta 9 orang dapat ditangkap oleh Belanda. Salah seorang dari mereka yang ditangkap bernama Ibrahim dipaksa berkelahi dengan Kopral Vack Kepala Pos Belanda di Semarap, kemudian dianiaya dan dibunuh mati. Keesokan harinya tanggal 29 Mei 1949, Semerap dibakar oleh Belanda sejumlah 67 buah rumah, 60 lumbung padi dan sebuah Mesjid menjadi abu. Dengan pembakaran dusun itu maka pertempuran mereda dan Semerap dapat diduduki oleh Belanda.[25](hlm.20)[21](hlm.82)
Belanda masuk Keluru pada tangal 25 Mei 1949, dari arah jurusan Pulau Tengah. Setelah Pulau Tengah diduduki Belanda, maka pasukan menuju Jujun dan Keluru dengan kekuatan sebanyak 50 orang. Dengan kekuatan sebanyak itu, terjadi pertempuran sengit dengan satu peleton pasukan Belanda. Dalam pertempuran itu, komandan pasukan Baharuddin Samad dan dua orang rakyat menjadi korban, akhirnya pasukan menyingkir ke dalam rimba, sehingga Belanda bergerak terus dan menduduki dusun Keluru.[21](hlm.82)
Pada tanggal 27 Mei 1949, Belanda menyerang Keluru kembali dari arah Bukit Talang Janguk dengan kekuatan satu peleton. Ketika sampai di pinggir mesjid Keluru Belanda mengadakan pengepungan terhadap orang yang sedang shalat Jumat. Tak lama antaranya datang kurir Kadir menyampaikan bahwa Belanda sudah mengepung mesjid, sehingga pemuda dan rakyat berusaha mencari perlindungan. Belanda melepaskan tembakan secara membabi buta terhadap pasukan yang dipimpin oleh Haji Adnan Abas. Keluru pada waktu itu merupakan pusat perlawanan rakyat yang menyerang pos Belanda di Pulau Tengah. Pada waktu penyerangan tanggal 27 Mei 1949, Keluru dikosongkan, sehingga dusun Keluru dibakar habis oleh Belanda. Pembakaran ini dilakukan oleh Belanda karena menganggap Keluru menjadi pusat daripada tentara GATI dan gerilya.[25](hlm.21)[21](hlm.82)
Oleh karena pusat pemerintahan masih berada di Lempur kira-kira bulan November 1949, berkali-kali tentara Belanda maju ke Lolo, namun dihambat terus oleh gerilya. Di pertengahan bulan November 1949 hari Rabu jam. 8.30, Lempur didatangi oleh sebuah pesawat Mustang Belanda yang datang dari arah Timur, terus menuju arah selatan. Kemudian setelah mengitari alam Lempur, maka kira-kira pada jam 8.40 pagi, tembakan metraliur ditujukan ke arah rumah kediaman bupati.[25](hlm.83)[21](hlm.82-83)
Pada tanggal 17 November 1949 jam 6.30 pagi, Belanda sudah berada di sekitar Dusun Baru, Lempur dengan berjalan kaki melalui Bukittangis. Dengan melalui Bukit Talang Ting- gi, terus menyusuri Bukit Setangis menuju Air Abang Gerao, Belanda maju ke dusun Baru dengan maksud akan mengepung rumah kediaman Bupati dan Stafnya. Ketika itu Bupati dan staf telah menyingkir ke Ulu Rasau bersama rakyat termasuk Meidan Rahman demi menjaga kesehatan Bupati dan Komisaris Nazir. Tentara Belanda memasuki dan berada di dusun Baru, Lempur, dibawa oleh orang yang pro Belanda dari sekitar Keliling Danau, sebagai penunjuk jalan. Di waktu Belanda memasuki Dusun Baru Lempur, mereka terus mengepung rumah kediaman Bupati dan menangkap di tempat ini:[21](hlm.83)
Mereka yang ditangkap itu, sedang berada di rumah kediaman Bupati yang dianggap oleh mereka satu tempat yang aman dan mudah menghubungi Pemerintah. Sedangkan mereka satu berkedudukan sebagai Kepala Dusun. Mereka yang ditangkap itu, dibawa ke SD Lempur Tengah. Karena penangkapan itu maka semangat pemuda gerilya meluap dan ingin menyerang pada waktu itu juga. Belanda memberitahukan kepada rakyat setempat, jika terjadi serangan dari pihak gerilya, maka ketujuh orang tahanan itu akan ditembak mati pada saat itu juga. Ketujuh orang itu disiksa dan dianiaya oleh tentara Belanda. Daerah penyiksaan itu telah dikepung oleh pasukan kita, tetapi atas perintah Komando Wali Perang Samin Abdullah, tidak dibenarkan mengadakan tembakan demi menjaga keselamatan ketujuh orang yang telah ditangkap Belanda itu tadi. Wali Perang Samin Abdullah meberi nota kepada tentara Belanda, agar menghentikan siksaan dan melepaskan ketujuh orang tahanan itu dan jangan dibawa ke Pulau Tengah. Kami bisa mundur, kalau tahanan itu dilepaskan. Kemudian Belanda melepaskan ketujuh tahanan tersebut. Belanda keluar dari SD dengan melalui sawah dan tidak memasuki Lempur Tengah, sebab Belanda, tahu bahwa mereka sedang berada di muncung senjata gerilya kita. Lempur tidak pernah diduduki Belanda secara tetap, tetapi merupakan daerah patroli saja, dengan berjalan kaki tanpa jeep. Selama masa agresi militer Belanda kedua, Lempur menjadi pusat pemerintahan Kabupaten Kerinci sejak kota Sungai penuh diduduki oleh Belanda.[25](hlm.22)
Demikianlah antara lain pertempuran di daerah Kerinci Hilir. Adapun di daerah Kerinci Hulu juga terjadi pertempuran dan perang gerilya. Di daerah Kerinci Hulu setelah Belanda menduduki Sungai Penuh, ibukota Kabupaten PSK, pada 24 April 1949, maka pada tanggal 28 April 1949, Belanda menuju Semurup. Bersamaan dengan itu seorang pemuda bernama Asit Seman, mengadakan jibaku menyerang Belanda dengan golok yang sudah diasah tajam. Tentara Belanda mengetahui maksudnya itu, maka sebelum ia sampai, ia ditembak oleh tentara Belanda. Hal ini terjadi di Sekungkung. Sambil menuju Semurup, Belanda sempat pula menembaki seorang pemuda bernama Akin Karim berasal dari Belui. Malam pertama Belanda menempatkan posnya di Semurup, dan langsung mendapat serangan dari pasukan gerilya kita. Serangan itu dilancarkan dari sudut sebelah selatan pasar Semurup. Penyerangan dipimpin oleh Usuludin.[21](hlm.84)
Pada tanggal 9 Juni 1949, terjadi pertempuran di Semumu. Tiga hari sebelum pertempuran telah direncanakan untuk mengadakan penghadangan terhadap musuh di Semumu. Di rumah H. Sabaruddin dan Depati Mat Kitok dusun Kubang Gedang, diadakan rapat rahasia. Setelah satu keputusan diambil, maka pada hari tersebut di atas jam 5.00 pagi, para gerilya kita dibawah pimpinan Muradi dan Alamsyah, telah siap di tempat Stelling masing-masing, menurut siasat yang telah diatur lebih dahulu. Tetapi musuh mengetahuinya, dan mereka segera menyusup dari belakang sehingga para gerilyawan kita berada dalam perangkap, namun dapat meloloskan diri. Pada Tanggal 28 Juni 1949, rombongan GATI di bawah pimpinan Mayor Alwi St. Marajo meninggalkan Kerinci.[25](hlm.27)[21](hlm.85)
Tanggal 18 Mei 1949, dengan dua buah Jeep tentara Belanda dari Sungaipenuh melalui Simpang Belui menuju Kota Lenang terus ke Sungai Titung. Sebelumnya, pada tanggal 1 Mei 1949, diadakan sumpah setia di rumah lama H. Sutan Harun Belui, dibawah pimpinan Alamsyah. Yang ikut melakukan sumpah setia pada malam itu sebanyak 100 orang terdiri dari seluruh aliran masyarakat Belui. Penyumpahan dilaksanakan oleh Bayu Usman Ibrahim dengan niat "Sekali Merdeka Tetap Merdeka" dan berjuang terus melawan penjajahan sampai tetesan darah penghabisan. Pada tanggal 19 Mei 1949, terjadilah pertempuran sengit di Belui, pada waktu anggota gerilya kita dibawah pimpinan Alamsyah bersama-sama dengan anggota CPM diantaranya Serma Bastian, Sersan Yulinar, Sersan Hasan Basri, Kopral Teo Lawalata, Kopral Syamsudin dan lain-lain. Sedangkan dipihak gerilya kita antara lain, Sersan A. Samah, Polisi Badu Lusin Depati, Mat Dus, Kopral Kamarudin, Kopral Usaman Kalik, Sersan Usuludin, Prajurit Abdul Latif, Wali perang Depati VII Ashari, Ali Gayu, Usman Gading, Mat Jabar Mangku, Hakim Usman Depati, Mat Ribut, Nur Yakin, Bayu Usman Ibrahim, Jamaludin dan lain-lain. Kurang lebih seluruhnya 30 orang. Baik yang disebut CPM maupun yang disebut gerilya, semuanya adalah anggota gerilya.[25](hlm.28-29)[21](hlm.85)
Sebelum Belanda memasuki Siulak, rakyat lebih dulu telah mengungsi dan tinggallah pemuda-pemuda dalam dusun. Pada bulan Mei 1949, datang lima orang tentara kita, yaitu Letkol. Burhanuddin, Komandan Resimen II, mengadakan perundingan di Pasar Siulak. Untuk mengadakan pertahanan di Siulak, ditunjuk Letnan Satu Rustam (GATI) sebagai Komandan Front. Kemudian Letkol Bur berangkat ke Kayu Are dengan pengiring satu peleton, Camat Kamarudin dengan Kapten Hamid Jaus dan Komandan Peleton Ahmad, merundingkan tentang markas, yang kemudian menunjuk rumah A. Salam sebagai markas. Ketika itu Belanda membakar Semurup, kemudi- an mencoba memasuki Siulak. Pertempuran sengit terjadi, sehingga Belanda mundur kembali ke Semurup. Dalam serangan kedua kalinya, Belanda memasuki Siulak melalui pinggir air, sedangkan pasukan kita melalui bukit sebelah Timur dengan kekuatan 1 peleton dibawah pimpinan Sersan Mayor Lelo dan Sersan Mayor Ahmad. Di Siulak Gedang dekat simpang Siulak Kecil terjadi pertempuran hebat antara pasukan Belanda dengan pasukan kita (TNI) dibawah pimpinan Kapten Marjisan dan Letnan CPM Bakhtiar. Untuk mengatur siasat, maka seluruh pejuang berkumpul di pasar sebanyak 64 orang. Letnan Rustam menga- takan bahwa malam nanti Belanda akan menyerang, dan pasukan kita dibagi dua komando:[21](hlm.85-86)
Setelah Siulak Gedang jatuh, tentara kita mundur ke Siulak Deras dan Markas TNI pindah ke Kayu Aro.[25](hlm.30-31)[21](hlm.87)
Di Talang Batu, dulu Telang Tembak, terjadi kontak senjata lagi antara pasukan kita dengan Belanda dengan meninggalkan korban satu orang. Kira-kira 20 hari kemudian, didapat info bahwa Belanda masuk dalam tiga jurusan yaitu:[21](hlm.87)
Pada bulan Mei, kira-kira jam 8.00 pagi, terjadi lagi pertempuran hebat tak henti-hentinya dari tiga jurusan tadi, sehingga pejuang kita merasa terkepung dan mundur.[25](hlm.31)[21](hlm.87)
Dalam pada itu, di bawah pimpinan Muradi dan Alamsyah, anggota gerilya kita bersama-sama dengan pejuang setempat (Sungai Medang) mendirikan Markas gerilya dan langsung menjadi asrama gerilya kita, yang terletak di bukit Sungai Medang, kira-kira 3 km dari dusun. Markas Gerilya ini diberi nama Markas Gerilya Rimba Tanjung Tembaga karena letaknya dekat Sungai Tembaga Sungai Medang. Pada tanggal 5 Juli 1949, bertempat di Markas ini dibentuklah Komando Pertempuran Kerinci beserta stafnya. Komando ini langsung menjadi Kompi Pertempuran atau Kompi Gerilya Kerinci.[25](hlm.32)[21](hlm.87)
Gadis Rimbo Bujang
Lagu yang berjudul Gadis Rimbo Bujang merupakan lagu daerah Jambi paling populer kesembilan. Lagu yang berasal dari Kabupaten Tebo, Jambi ini diciptakan oleh Lukman Sa’i dan dinyanyikan oleh Saputra dan Nunung. Sesuai dengan judul lagu, lagu ini bercerita tentang hubungan asmara yang terjalin antara seorang pemuda dengan seorang gadis cantik rupawan dari Rimbo Bujang. Tak heran apabila banyak lirik lagu ini yang berisi rayuan gombal dari seorang laki-laki kepada perempuan pujaan hatinya.
Lirik lagu Gadis Rimbo Bujang
Cantik nian gadis rimbo bujang lesung pipih jalan melenggang Elok nian gadis rimbo bujang tutur saponyo sungguh menawan Kusapo dio tertunduk malu kurayu dio tersenyum sajo Di dalam hatinyo pun jatuh cinto
Cantik nian gadis rimbo bujang lesung pipih jalan melenggang Elok nian gadis rimbo bujang tutur saponyo sungguh menawan
Sayang… sejak dalam pertemuan membuat hatiku tak tenang siang malam jadi pikiran
Abang… sayo juga merasokan sejak kito bertemu pandang susah tiduk susah makan
Kalo itu yang kito rasokan berarti kito samo samo jatuh cinto
Kalo abang nak ke rimbo bujang naiklah omplen duduk di depan Kalo abang benar benar sayang apo tandonyo boleh kusimpan
Daftar Lagu Daerah Jambi Terpopuler
Lagu daerah Jambi yang paling populer pertama berjudul Batanghari. Lagu ini dianggap merupakan lagu daerah yang berhasil memuat kearifan lokal Jambi dengan sangat baik, misalnya saja kemampuan orang Jambi dalam berpantun. Lagu Batanghari banyak menampilkan lirik dari beberapa bait pantun yang indah dan apik.
Selain itu, lagu yang diciptakan oleh seorang bernama Ajis Sutan Sati ini menceritakan kisah tentang seorang laki-laki sedang mencintai seorang perempuan. Hanya saja, kisah cinta tersebut berakhir menyedihkan karena perempuan yang dipuji laki-laki tersebut justru malah dipersunting oleh orang lain.
Lirik Lagu Batanghari
Batanghari aeknyolah tenang Biakpun tenang deraslah ketepi Anaklahnyo jambi oy jangan lah dikenang Siang tebayang bamimpi malam lah bamimpi Anaklah jambi jangan lah dikenang Siang tebayang bamimpi malam lah bamimpi
Jalanlah jalan ke ojong jabong Singgah sebentar di penyaguan Oy rindu dan dendam dik oy idaklah tetanggong Budi setitik kenang jadilah kenangan Rindu dan dendam dik oy idaklah tetanggong Budi setitik kenang jadilah kenangan
Pegi besantai ke tanggo rajo Nampaklah jelas jambi seberang Maulah ku pinang dek oy apolah kan dayo Sudahlah nasib orang diambeklah orang Maulah ku pinang dek oy apolah kan dayo Sudahlah nasib orang diambeklah orang
Batanghari kebanggaan jambi Sungai tepanjang sebatas negeri Pojoklahnyo hati dek oy bawaklah menari Mari berjoget lagu si batanghari Pojoklahnyo hati dek oy bawaklah menari Mari berjoget lagu si batanghari
Lagu daerah Jambi paling populer yang kedua adalah Dodoi Si Dodoi. Lagu yang diciptakan oleh Victor Hutabarat ini adalah sebuah lagu ungkapan kasih sayang dari orang tua kepada para anaknya. Bagi masyarakat Jambi sendiri, lagu ini biasa ditembangkan oleh orang tua sebagai pengantar tidur untuk sang anak.
Namun, lagu ini pada dasarnya menyimpan sebuah makna tersirat tentang perasaan gelisah yang dimiliki seorang ibu terhadap buah hatinya. Perasaan gelisah ini disebabkan oleh sang ayah yang pergi merantau untuk memenuhi kebutuhan keluarga di rumah.
Maka dari itu, sang ibu berharap supaya sang anak bisa merasa tenang dan sabar dalam menerima keadaan keluarganya yang sedang di posisi sulit.
Lirik Lagu Dodoi Si Dodoi
Buah hatiku junjungan jiwa Buah hatiku junjungan jiwa Tidurlah tidur hai anak Ibu dodoikan ya sayang Tidurlah tidur hai anak Ibu dodoikan ya sayang
Janganlah anak suka menangis Janganlah anak suka menangis Ayahmu jauh ya anak dirantau orang ya sayang Ayahmu jauh ya anak dirantau orang ya sayang
Tidurlah anak dalam ayunan Tidurlah anak dalam ayunan Tidurlah nyenyak ya anak sambil kubuai ya sayang Tidurlah nyenyak ya anak sambil kubuai ya sayang
Janganlah anak suka menangis Janganlah anak suka menangis Ayahmu jauh ya anak dirantau orang ya sayang Ayahmu jauh ya sayang dirantau orang ya sayang
Injit-Injit Semut adalah lagu daerah Jambi paling populer urutan ketiga yang wajib diketahui, terutama untuk anak-anak. Lagu ini biasanya dinyanyikan sebagai pengiring dalam salah satu permainan tradisional. Saking populernya, banyak anak-anak dari luar daerah Jambi juga suka menyanyikan lagu Injit-injit Semut sembari memainkan permainannya.
Lagu dengan nada yang riang gembira ini sangat disukai oleh anak-anak. Tempo lagunya juga bisa menambah semangat untuk bermain. Tak heran, apabila lagu Injit-Injit Semut dianggap memiliki daya magis yang mampu mengajak siapa saja untuk bergembira dan berbahagia bersama-sama.
Lirik Lagu Injit-Injit Semut
Jalan-jalan ke tanah Deli Sungguh indah tempat tamasya Kawan jangan bersedih Mari nyanyi bersama-sama
Kalau pergi ke Surabaya Naik perahu dayung sendiri Kalau hatimu sedih Yang rugi diri sendiri
Injit-injit semut Siapa sakit naik diatas Injit-injit semut Walau sakit jangan dilepas
Injit-injit semut Siapa sakit naik diatas Injit-injit semut Walau sakit jangan dilepas
Lagu daerah Jambi paling populer berikutnya adalah Selendang Mayang. Lagu ini banyak disukai masyarakat karena memiliki lirik yang berisikan pantun. Hampir sama seperti lagu daerah pada umumnya, lagu ini ingin memberikan nasihat kepada semua orang untuk bersikap tanggung jawab terhadap segala tugas yang dimiliki.
Sementara itu, di sisi lain, lagu Selendang Mayang dengan lirik yang berbeda memuat sebuah kisah asmara tentang seorang laki-laki yang jatuh cinta kepada seorang perempuan yang cantik rupawan. Lagu versi ini pun menceritakan kisah tentang perasaan cinta yang sangat besar dari seorang laki-laki. Namun, perasaan yang besar malah menjadikan laki-laki itu gugup pada saat bertatap muka dengan perempuan pujaan hatinya.
Lirik Lagu Selendang Mayang
Orang membakar di Pulau Hantu asapnya ada tabun menabun
Orang membakar di Pulau Hantu asapnya ada tabun menabun asap api membakar kebun merendang lada di sampul luleh
Taruknya kaca tangkainya embun dipandang ada diambil tak boleh
Merendang lada disampul puleh asapnya sampai ke Gunung Tujuh
Lirik Lagu Dodoi Si Dodoi
Buah hatiku junjungan jiwaBuah hatiku junjungan jiwaTidurlah tidur hai anak Ibu dodoikan ya sayangTidurlah tidur hai anak Ibu dodoikan ya sayang
Dodoi si dodoiJanganlah anak suka menangisJanganlah anak suka menangisAyahmu jauh ya anak di rantau orang ya sayangAyahmu jauh ya anak di rantau orang ya sayang
Dodoi si dodoiTidurlah anak dalam ayunanTidurlah anak dalam ayunanTidurlah nyenyak ya anak sambil kubuai ya sayangTidurlah nyenyak ya anak sambil kubuai ya sayang
Dodoi si dodoiJanganlah anak suka menangisJanganlah anak suka menangisAyahmu jauh ya anak di rantau orang ya sayangAyahmu jauh ya sayang di rantau orang ya sayang
"Selendang Mayang" memiliki makna yang berisikan bahwa setiap orang harus bersungguh-sungguh dan dipadukan dengan rasa tanggung jawab dalam mengerjakan sesuatu. Seperti lagu Jambi lainnya, lagu ini dibuat dalam bait berpantun-pantun yang unik.
Lirik Lagu Injit-Injit Semut
Jalan-jalan ke tanah DeliSungguh indah tempat tamasyaKawan jangan bersedihMari nyanyi bersama-sama
Kalau pergi ke SurabayaNaik perahu dayung sendiriKalau hatimu sedihYang rugi diri sendiri
Injit-injit semutSiapa sakit naik di atasInjit-injit semutWalau sakit jangan dilepas
Injit-injit semutSiapa sakit naik di atasInjit-injit semutWalau sakit jangan dilepas
Lagu daerah Jambi terpopuler selanjutnya adalah "Batanghari", lagu yang sangat khas dengan kearifan budaya dan adat Jambi. Dengan menggunakan bait pantun yang dituangkan ke dalam lirik lagu membuatnya lebih berkesan dan indah.
Lagu ini diciptakan oleh Ajis Sultan Sati, tokoh yang menuangkan isi hatinya dalam lagu. Menceritakan tentang sedihnya seorang laki-laki yang mencintai seorang perempuan, tetapi perempuan tersebut malah dilamar laki-laki lain.
Lirik Lagu Batanghari
Batanghari aeknyolah tenangBiakpun tenang deraslah ketepiAnaklahnyo jambi oy jangan lah dikenangSiang tebayang bamimpi malam lah bamimpiAnaklah jambi jangan lah dikenangSiang tebayang bamimpi malam lah bamimpi
Jalanlah jalan ke ojong jabongSinggah sebentar di penyaguanOy rindu dan dendam dik oy idaklah tetanggongBudi setitik kenang jadilah kenanganRindu dan dendam dik oy idaklah tetanggongBudi setitik kenang jadilah kenangan
Pegi besantai ke tanggo rajoNampaklah jelas jambi seberangMaulah ku pinang dek oy apolah kan dayoSudahlah nasib orang diambeklah orangMaulah ku pinang dek oy apolah kan dayoSudahlah nasib orang diambeklah orang
Batanghari kebanggaan jambiSungai tepanjang sebatas negeriPojoklahnyo hati dek oy bawaklah menariMari berjoget lagu si batanghariPojoklahnyo hati dek oy bawaklah menariMari berjoget lagu si Batanghari
Politik dan pemerintahan
Gubernur adalah pemimpin tertinggi di pemerintahan provinsi Jambi, yang bertanggungjawab atas wilayah tersebut. Saat ini, gubernur atau kepala daerah yang menjabat di provinsi Jambi ialah Al Haris, didampingi wakil gubernur Abdullah Sani. Mereka pemenang pada Pemilihan umum Gubernur Jambi 2020. Haris merupakan gubernur Jambi ke-10. Haris dan Abdullah dilantik oleh presiden Republik Indonesia, Joko Widodo di Istana Negara Jakarta pada 7 Juli 2021, untuk masa jabatan 2021-2024.[31]
Provinsi Jambi secara geografis terletak antara 0,45° Lintang Utara, 2,45° Lintang Selatan dan antara 101,10°–104,55° Bujur Timur. Di sebelah Utara berbatasan dengan Provinsi Riau, sebelah Timur dengan Selat Berhala, sebelah Selatan berbatasan dengan Provinsi Sumatera Selatan dan sebelah Barat dengan Provinsi Sumatera Barat dan Provinsi Bengkulu. Kondisi geografis yang cukup strategis di antara kota-kota lain di provinsi sekitarnya membuat peran provinsi ini cukup penting terlebih lagi dengan dukungan sumber daya alam yang melimpah. Kebutuhan industri dan masyarakat di kota-kota sekelilingnya didukung suplai bahan baku dan bahan kebutuhan dari provinsi ini.[butuh rujukan]
Luas Provinsi Jambi 50.160,05 km² dengan jumlah penduduk Provinsi Jambi pada tahun 2022 berjumlah 3.631.136 jiwa[33]. Sebelumnya di tahun 2010, provinsi ini memiliki populasi sebanyak 3.088.618 jiwa (Data BPS hasil sensus 2010). Jumlah penduduk Provinsi Jambi pada tahun 2006 berjumlah 2.683.289 jiwa (Data SUPAS Proyeksi dari BPS Provinsi Jambi. Jumlah Penduduk Provinsi Jambi pada tahun 2005 sebesar 2.657.536 (data SUSENAS) atau dengan tingkat kepadatan 50,22 jiwa/km2. Tingkat pertumbuhan penduduk sebesar 0,96% dengan PDRB per kapita Rp9.523.752,00 (Angka sementara dari BPS Provinsi Jambi. Untuk tahun 2005, PDRB per kapita sebesar Rp8.462.353). Sedangkan sebanyak 46,88% dari jumlah tenaga kerja Provinsi Jambi bekerja pada sektor pertanian, perkebunan dan perikanan; 21,58% pada sektor perdagangan dan 12,58% pada sektor jasa. Dengan kondisi ketenagakerjaan yang sebagian besar masyarakat di provinsi ini sangat tergantung pada hasil pertanian,perkebunan sehingga menjadikan upaya pemerintah daerah maupun pusat untuk mensejahterakan masyarakat adalah melalui pengembangan sektor pertanian[butuh rujukan]
Masyarakat Jambi merupakan masyarakat heterogen yang terdiri dari masyarakat asli Jambi dan juga pendatang. Penduduk asli provinsi Jambi termasuk Suku Melayu Jambi, Batin, Penghulu, Pindah, Kerinci dan Suku Anak Dalam.[34] Suku Batin dan Penghulu kebudayaannya berunsur Melayu dan beberapa mengalami perpaduan dengan budaya Minangkabau, banyak bermukim di Kabupaten Bungo, Merangin, Tebo, dan Sarolangun. Sedangkan Suku Pindah, kebudayaannya perpaduan Melayu dan budaya Palembang yang bermukim dibeberapa kecamatan di Kabupaten Batanghari dan Sarolangun. Sementara Suku Kerinci berada di daerah Kabupaten Kerinci dan Kota Sungai Penuh. Adat istiadat dan budaya Suku Kerinci masih serumpun atau dekat dengan Minangkabau yang juga menganut sistem matrilineal.[butuh rujukan]
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) dalam Sensus Penduduk Indonesia 2010, provinsi Jambi jumlah penduduknya 3.069.768 jiwa. Penduduk dengan suku asli provinsi Jambi yakni suku Melayu Jambi, Kerinci, kemudian suku Batin, Penghulu, Pindah, dan merupakan etnis terbanyak yakni sebanyak 1.337.521 jiwa atau 43,57%.[35]
Sementara pada Sensus Penduduk Indonesia 2000, BPS mencatat suku asal Jambi sebanyak 1.102.628 jiwa atau 45,81% dari 2.407.166 jiwa. Dan BPS lebih menjabarkan banyaknya penduduk berdasarkan suku di Jambi dengan rincian, suku Jambi sebanyak 834.504 jiwa atau 34,67% dari 2.407.166 jiwa penduduk. Kemudian suku Kerinci sebanyak 254.125 jiwa atau 10,56% dan suku Batin sebanyak 13.999 jiwa atau 0,58%.[36]
Masih pada Sensus 2010, etnis pendatang terbanyak berasal dari etnis Jawa yakni sebanyak 893.156 jiwa (29,10%). Suku Melayu di luar orang Jambi sebanyak 164.979 jiwa (5,37%), kemudian Minangkabau sebanyak 163.760 jiwa (5,33%), Batak sebanyak 106.249 jiwa (3,46%), Banjar sebanyak 102.237 jiwa (3,33%), Bugis sebanyak 96.145 jiwa (3,13%), Sunda sebanyak 79.203 jiwa (2,58%), asal Sumatera Selatan sebanyak 57.663 jiwa (1,88%), Tionghoa sebanyak 37.246 jiwa (1,21%) dan suku lainnya sebanyak 31.609 jiwa (1,04%).[35]
Sebagian besar masyarakat Jambi memeluk agama Islam yaitu sebesar 95,07%, sedangkan selebihnya merupakan pemeluk agama Kristen 3,95% di mana Protestan sebesar 3,37% dan Katolik sebesar 0,58%. Sebagian lagi memeluk agama Buddha yakni 0,89%, kemudian penganut kepercayaan sebanyak 0,06%, Konghucu sebanyak 0,02% dan sebagian kecil pemeluk agama Hindu sebanyak 0,01%, yang umumnya berada di Kota Jambi.[1]
Agama Islam umumnya dianut etnis asli provinsi Jambi yakni Melayu Jambi yang banyak tinggal di Sarolangun, Kerinci, Tanjung Tebo. Kemudian etnis Jawa, Sunda, Sunda, Bugis dan Minang sebagai etnis pendatang juga kebanyakan memeluk agama Islam. Sementara agama Kristen (Protestan dan Katolik) umumnya dianut oleh penduduk etnis Batak, Nias, dan sebagian Tionghoa. Agama Buddha dan Konghucu dianut penduduk etnis Tionghoa, sedangkan sebagian kecil pemeluk agama Hindu berasal dari etnis Bali dan peranakan India.[butuh rujukan]
Di Provinsi Jambi, terdapat berbagai macam bahasa yang digunakan oleh penduduknya, yaitu bahasa Indonesia, Bahasa Melayu (dialek Jambi), Bajau Tungkal Satu, Banjar, Bugis, Jawa, Kerinci,dan Minangkabau.[37] Tidak menutup kemungkinan bahwa masih terdapat bahasa yang belum terpetakan karena melihat dari luas wilayah, batas wilayah, sejarah, hingga perkembangan Provinsi Jambi. Bahasa-bahasa yang ada di daerah Jambi sejalan dengan penyebaran penduduknya, sehingga bahasanya ditemukan pada daerah tertentu dan memiliki ciri khas dialeknya masing-masing.[38]
Dari sekian banyak bahasa, bahasa Melayu dan bahasa kerinci merupakan bahasa asli provinsi Jambi. Bahasa Melayu yang dominan digunakan masyarakat provinsi Jambi adalah Bahasa Melayu Jambi. Bahasa Melayu Jambi juga sebagai pemersatu dialek bahasa Melayu didaerah setiap kabupaten/kota,dan juga digunakan untuk berinteraksi antar suku yang ada di provinsi Jambi.[butuh rujukan]
Dengan kondisi suhu udara berkisar antara 23 °C sampai dengan 34 °C dan luas wilayah 53,435 km2 di antaranya sekitar 60% lahan merupakan kawasan perkebunan dan kehutanan yang menjadikan kawasan ini merupakan salah satu penghasil produk perkebunan dan kehutanan utama di wilayah Sumatra. Kelapa sawit dan karet menjadi tanaman perkebunan primadona dengan luas lahan perkebunan kelapa sawit mencapai 400.168 hektare serta karet mencapai 595.473 hektare. Sementara itu, nilai produksi kelapa sawit sebesari 898,24 ribu ton pertahun. Hasil perkebunan lainnya adalah karet, dengan jumlah produksi 240,146 ribu ton per tahun, kelapa dalam (virgin coconut) 119,34 ribu ton per tahun, casiavera 69,65 ribu ton per tahun, serta teh 5,6 ribu ton per tahun. Sementara produksi sektor pertanian yang dihasilkan oleh kawasan bagian barat Provinsi Jambi yaitu beras kerinci, kentang, kol/kubis, tomat, dan kedelai.[butuh rujukan]
Potensi kekayaan alam di Provinsi Jambi adalah minyak bumi, gas bumi, batubara dan timah putih. Jumlah potensi minyak bumi Provinsi Jambi mencapai 1.270,96 juta m3 dan gas 3.572,44 miliar m3. Daerah cadangan minyak bumi utama di struktur Kenali Asam, Kecamatan Jambi Luar Kota, Kabupaten Muaro Jambi dengan jumlah cadangan minyak 408,99 juta barrel. Sedangkan cadangan gas bumi utama di Struktur Muara Bulian, Kecamatan Muara Bulian, Kabupaten Batanghari dengan jumlah cadangan 2.185,73 miliar m3. [butuh rujukan]
Cadangan minyak bumi Provinsi Jambi sebesar 1.270,96 juta m3. Cadangan minyak bumi antara lain terdapat di Kabupaten Tanjung Jabung Timur, struktur Kenali Asam, Kecamatan Jambi Luar Kota dan Kabupaten Muaro Jambi.[butuh rujukan]
Cadangan gas bumi Provinsi Jambi sebesar 3.572,44 miliar m3. Cadangan tersebut sebagian besar terdapat di Struktur Muara Bulian, Kecamatan Muara Bulian, Kabupaten Batang Hari dengan jumlah cadangan 2.185,73 miliar m3.[butuh rujukan]
Cadangan batubara Provinsi Jambi sebesar 18 juta ton, yang merupakan batubara kelas kalori sedang yang cocok digunakan sebagai pembangkit tenaga listrik. Cadangan terbesar dijumpai di Kabupaten Bungo.[butuh rujukan]
Komoditas perkebunan yang sangat dominan adalah Karet dan Kelapa Sawit. Hal ini didukung dengan program Pemerintah Derah Provinsi Jambi yaitu “Pengembangan Kelapa Sawit Sejuta Hektar” serta “Replanting Karet”. Selain itu, casiavera juga banyak dibudidayakan terutama di daerah Kerinci.[39]
Provinsi Jambi terdiri dari 11 kabupaten/kota. Sarana dan prasarana di Jambi saat ini sudah tersedia dengan cukup baik. Ada banyak cara yang dapat digunakan untuk mengakses berbagai tempat objek wisata di Kota Jambi maupun kabupaten lainnya di provinsi Jambi. Sarana transportasi yang bisa digunakan untuk ke provinsi Jambi dengan pesawat dan mobil. Selain kota Jambi, kabupaten yang telah memilki bandara adalah kabupaten Bungo dan Kerinci.[butuh rujukan]
Objek wisata yang ada di Jambi cukup banyak. Salah satunya Kabupaten Kerinci merupakan daerah wisata di provinsi Jambi, yang dikenal dengan sebutan sekepal tanah dari surga. Alam yang ada di Kerinci sangatlah indah, mulai dari pegunungan, danau, perkebunan teh dan masih banyak lagi. Selain di Kerinci tempat wisata di Jambi juga terdapat di beberapa Kabupaten lainnya, antara lain :
Ada dua objek di lokasi ini yaitu Menara Gentala Arasy dan Jembatan Pedestrian atau yang lebih dikenal dengan Jembatan Gentala Arasy. Jembatan Pedestrian adalah Jembatan untuk pejalan kaki dengan bentuk berkelok-kelok dan terbentang diatas sungai batanghari. Diujung jembatan terdapat Menara Gentala Arasy yang merupakan museum tentang sejarah berkembangnya islam di Kota Jambi. Selain museum, disini juga menjadi pusat kuliner dan juga banyak disediakan perahu jika ingin menyusuri sungai Batanghari.
Candi Muaro Jambi merupakan komplek percandian Agama Hindu-Buddha yang terdapat di kabupaten Muaro Jambi dan diperkirakan berasal dari abad ke-11 M. Komplek percandian ini adalah yang terluas di Indonesia, bahkan Asia Tenggara.
Geopark Merangin merupakan salah satu objek wisata yang terdapat di kabupaten Merangin. Geopark ini tidak hanya menawarkan arung jeram saja tetapi keunikan fosil flora berusia 350 juta tahun juga menjadi daya tarik tersendiri. Kawasan ini masih diselimuti hutan lebat dengan beragam jenis tanamannya. Untuk mencapai lokasi ini dibutuhkan waktu sekitar 6 jam dengan menggunakan mobil dari Jambi, Ibu kota provisi Jambi.
Air Terjun Sigerincing memiliki ketinggian sekira kurang lebih 40-60 meter, terletak di kabupaten Merangin. Air terjun ini merupakan bagian dari aliran sungai Batang Tembesi yang berhulu di Gunung Masurai.
Salah satu tempat wisata di Jambi terbaik dan terkenal sejak zaman dahulu adalah Kebun Teh Kayu Aro yang terdapat di kabupaten Kerinci. Perkebunan dengan luas 3.020 hektare ini merupakan perkebunan teh dalam satu hamparan terluas di dunia dengan berlatarkan Gunung Kerinci.
Kondisi alam sekitar Danau Gunung Tujuh sangat begitu indah dan alami serta memiliki air yang begitu jernih. Keindahan Danau dilengkapi oleh barisan hamparan tujuh gunung yang mengelilinginya. Pada beberapa titik di pinggir danau terbentang pasir yang menyerupai pantai. Danau Gunung tujuh ini terdapat di kabupaten Kerinci.
Danau ini memiliki luas sekitar 30 x 30 meter. Jernihnya air di Danau ini membuat dasarnya terlihat secara jelas, walaupun memiliki kedalaman air yang tidak terukur. Selain itu, pada saat malam Danau Kaco mengeluarkan cahaya yang terang, terutama pada waktu bulan purnama.
Jambi merupakan sebuah provinsi yang terletak di timur pulau Sumatra. Masyarakat Jambi terdiri dari beberapa macam suku pribumi seperti Suku Melayu Jambi, Suku Kerinci, Suku Batin, Suku Anak Dalam, hingga keturunan atau rumpun Minang. Tak heran jika provinsi ini mempunyai berbagai macam tradisi dan budaya.
Musik Jambi banyak dipengaruhi oleh nuansa Melayu dan Arab, diantaranya adalah alat musik tradisional, seperti Gambus Jambi, Gendang Melayu, Sekdu, Kompangan, Marawis, Cangor dan Kelintang Jolo. Sedangkan untuk lagu daerah Jambi, diantaranya adalah Injit-Injit Semut, Pinang Muda, Selendang Mayang, dan Batanghari
Secara garis besar seni tari dari provinsi Jambi adalah dari adat budaya etnis Melayu dan Kerinci. Terdapat beberapa macam jenis tari tradisional khas Jambi, di antaranya tari Sekapur Sirih, Selampit Delapan, Inai, Rentak Kudo, Mengaup dan Rentak Besapih.
Masakan Jambi atau Hidangan Jambi adalah makanan khas Jambi atau jenis kuliner yang berkembang di provinsi Jambi, Indonesia. Masakan ini banyak berbahan dasar ikan yang didukung oleh banyaknnya sungai di provinsi Jambi. Rempah-rempah juga pada umumnya tidak jauh berbeda dengan masakan dari Sumatera Barat. Budaya Melayu, dan Minangkabau juga memengaruhi racikan kuliner provinsi Jambi. Beberapa contoh makanan dari Jambi yang cukup populer adalah Nasi gemuk, Tempoyak, Kerutup ikan, Daging masak hitam, Gulai tepek ikan, Gulai terjun, dan Gulai tekuyung.
Setiap kawasan di provinsi Jambi, memiliki makanan sebagai ciri khas daerah, yang biasa dijadikan sebagai buah tangan (oleh-oleh) misalnya: kota Jambi terkenal dengan Kue padamaran dan Kopi AAA, sedangkan Kerinci dengan Dodol Kentang dan Teh Kayu Aro, lalu Merangin dengan Gelamai perentak dan Kopi jangkat, kemudian Batanghari dengan Kue cepak kapung, dan Muaro Jambi terkenal dengan Pempek sambal dan Nanas Tangkit.[butuh rujukan]
1°45′S 102°49′E / 1.750°S 102.817°E / -1.750; 102.817
Lagu Daerah Jambi – Indonesia merupakan negara yang kaya akan budaya, termasuk keanekaragaman musik dan lagu daerahnya. Dari dulu hingga sekarang, lagu daerah Jambi selalu menarik untuk disimak. Tidak hanya lagu daerah Aceh dan Sumatera Barat, Lagu daerah Jambi juga menyimpan keunikan yang sangat khas dan lirik dengan makna mendalam.
Perlu diketahui, daerah Jambi merupakan wilayah yang ditinggal oleh banyak suku. Faktor kemajemukan tersebut menjadi salah satu yang menjadikan lagu daerah Jambi kental dengan kearifan lokal dan nilai-nilai masyarakatnya.
Berikut ini adalah daftar Lagu Daerah Jambi yang paling populer dari waktu ke waktu. Bagi Grameds yang penasaran dengan bagaimana lagu-lagu daerah Jambi, Yuk simak ulasan selengkapnya di bawah ini!
Lirik Lagu Timang-Timang Anakku Sayang
Timang-timang anakku sayangbuah hati ayah 'nda seorangJangan menangis dan jangan merajuk sayangtenanglah tenang di dalam buaian
Betapa hati tak 'kan riangbila kau bergurau tertawamogalah jauh dari marabahaya sayangriang gembira sepanjang masa
Setiap waktu ku berdoapada Tuhan Maha KuasaJika kau sudah dewasahidupmu bahagia sentosa
Timang-timang anakku sayangkasih hati permata ayah ndaTidurlah tidur pejamkan mata sayangesok hari bermain kembali
Lagu "Dodoi Si Dodoi" diciptakan oleh Victor Hutabarat, seorang penyanyi yang banyak dikenal masyarakat akan kesan lagunya. Lagu daerah Jambi ini mengandung suatu ungkapan rindu yang diutarakan oleh seorang ibu kepada anak dan suaminya yang sedang merantau. "Dodoi Si Dodoi" sering juga dinyanyikan sebagai pengiring pengantar tidur bagi anak-anak.